Apa yang terlihat di media dan layar ponsel, itulah yang dipercaya. Informasi seakan valid 100 persen bisa dipercaya. Ini juga dialami oleh masyarakat Wawo Bima, Nusa Tenggara Barat.
Nurliya Ni’matul Rohmah, M. Kom, I, JaWAra Internet Sehat asal NTB sekaligus dosen, terpanggil untuk memberikan edukasi terhadap masyarakat Wawo Bima. Ia memberikan workshop bertajuk Wowo Bima Yuks Tangkal Hoax dan Phising Menjadi Masyarakat yang Cakap Digital pada 31 Oktober 2021.
Tentang masyarakat Wawo Bima dan gadget, tak sedikit dari mereka yang menggunakan gawai tanpa menanamkan sikap waspada pada informasi yang berseliweran di pesan ponsel.
“Masyarakat di Wawo Bima, masih awam dengan perlindungan data pribadi, beberapa dari mereka banyak mendapatkan hack di Whatsapp nya dikarenakan aplikasinya tidak di mendapatkan double protection,” ungkap Nurliya.
Di samping itu, masyarakat juga mudah percaya pada ajakan persuasif, termasuk mengklik link palsu. Terlebih jika ajakan link menggunakan Bahasa Inggris yang dianggap mereka terpercaya. Mereka juga belum bisa membedakan mana website asli dan palsu, serta cara mengecek informasi palsu dan asli.
Nurliya kemudian mengajak 50 peserta masyarakat Wawo Bima untuk mendapatkan literasi digital. Meskipun tanpa LCD dan proyektor, hanya menggunakan kertas HVS, ATK, dan peralatan menulis manual lainnya, mereka tetap semangat belajar.
Kebanyakan dari peserta adalah bapak dan ibu yang bekerja di ladang jagung. Nurliya pun mengemas bahasanya agar mudah dipahami partisipan.
Ia mengajarkan untuk menanamkan sikap waspada untuk tidak mudah percaya berita yang diperoleh. Perlu kroscek langsung dengan Chat Bot Mafindo atau penelusuran Google, sehingga mendapatkan validasi beritanya. Setelah workshop ini, masyarakat jadi lebih hati-hati dalam menelaah dan sebelum membagikan informasi.
Di samping itu, mereka juga langsung diedukasi bagaimana cara mengatur privasi di ponsel mereka. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan risiko kejahatan digital, seperti scamming dan phishing.
Untuk melengkapi pembahasan seputar literasi digital, ia mengingatkan kembali untuk tidak mengisi form dari sumber dan tujuan yang tidak jelas, karena data pribadi mudah bocor dari situ. Tak lupa, ia meliterasi keluarganya, termasuk anaknya untuk bijak dalam menonton Youtube dan bermain game, misalnya membatasi waktu screen time anak.
Kabar baiknya, acara ini memantik semangat peserta. Salah satu peserta yang berprofesi sebagai guru berinisiasi untuk melakukan literasi digital untuk murid-muridnya di sekolah.
Harapannya, acara ini dapat memberikan dampak luas bagi masyarakat Wawo Bima, sehingga tingkat literasi digitalnya pun kian merata. (ma/mt)