Pandemi belum selesai, tapi kejahatan siber seperti hoaks dan penipuan online tetap berkembang. Para oknum juga mengikuti apa saja perkembangan isu yang terjadi, sehingga mode penipuan juga disesuaikan. Terkadang kondisi ini membuat masyarakat terkecoh, mana hal yang bisa dipercaya dan mana yang tidak.
Muchammad Wida Permana Putra dan Ari Rahman, JaWAra Internet Sehat asal Kota Marahaban, Kalimantan Selatan, mengatakan bahwa permasalahan ini masih saja tak ada habisnya terjadi di wilayah mereka. Belum lagi ada oknum yang memanfaatkan isu soal bantuan kuota dari Kemendikbud.
Sepasang JaWAra ini akhirnya memutuskan membuat workshop agar masyarakat lebih berhati-hati terhadap berita bohong dan informasi penipuan yang bisa merugikan secara personal dan finansial.
Workshop Literasi Digital “Hoaks, Keamanan & Privasi Digital” akhirnya dilaksanakan di Desa Karang Bunga pada 30 September 2021. Ada sekitar 30 peserta yang hadir dalam pelatihan tersebut mulai dari masyarakat dan perangkat desa.
“Dari workshop yang kami lakukan ini, bisa memberikan dampak kepada masyarakat desa karang bunga akan bahayanya hoaks dan privasi keamanan digital. memang pada dasarnya di masyarakat tersebut masih perlu akan kebutuhan edukasi mengenai literasi digital,” ungkap Wida.
Peserta juga berbagi tentang pengalaman mereka mengenai isu terkait. Ada salah seorang peserta yang jadi korban phishing atau penipuan online pembagian kuota gratis Kemendikbud.
Wida dan Ari memahami bahwa persoalan phishing menjadi hal utama yang perlu disoroti. Maka, di dalam workshop ini peserta diajarkan seperti apa yang dimaksud dengan phishing, ciri-ciri phishing, serta bagaimana cara mencegahnya. Di samping itu, peserta juga diberi edukasi tentang cara menganalisis berita hoaks dan bagaimana cara memvalidasinya.
Harapannya, setelah workshop yang terlaksana, mereka bisa memahami modus-modus berita hoaks maupun penipuan. Dengan sikap “awas” setidaknya cara ini bisa menjadi langkah tepat untuk menghindari terjadinya kejahatan online. (ma/mt)