Muhammad Ridha, JaWAra Internet Sehat Kalimantan Selatan yang juga seorang Dosen UIN Antasari Banjarmasin dan Ketua Titik Fokus Karya turut berpartisipasi dalam Series of PandaWA keempat yang berlangsung secara daring dan luring di kampus UIN Antasari Banjarmasin pada tanggal 18 Oktober 2022. 

Pada kegiatan yang melibatkan Program Studi (Prodi) S1 Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) tersebut, turut hadir sebagai narasumber Ibu Hardiyanti Pratiwi, Pemerhati Anak Usia Dini dan Dosen UIN Antasari Banjarmasin; M. Irfan Islamy, M.Pd., selaku Kaprodi S1 Pendidikan Islam Anak Usia Dini UIN Antasari Banjarmasin serta Azmi Irfala dan Khusnul Aflah dari tim JaWAra Internet Sehat Kalsel.

Dalam sambutannya saat pembukaan acara yang dihadiri oleh 86 orang tersebut, Muhammad Ridha menyampaikan bahwa era digital sudah tidak mungkin diabaikan apalagi dimusuhi, melainkan harus diterima dengan modal literasi digital yang baik. Begitu juga dengan anak yang lahir, tumbuh dan berkembang di era digital. 

“Mereka harus dididik dengan cara khusus yang berbeda dengan anak-anak di era pra digital. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang karakteristik anak dan cara tepat mendidik anak di era digital menjadi penting bagi optimalisasi tumbuh kembang anak di era digital”, ungkapnya.

Pada kegiatan yang mengangkat tema “Mendidik Anak di Era Digital” itu, Azmi Irfala selaku Jawara Internet Sehat 2022 dan Relawan TIK Tanah Bumbu menyampaikan bahwa penduduk Indonesia sekarang mayoritas telah menjadi pengguna internet, yaitu di atas 70% dari total penduduk. Kendati demikian, menurutnya status literasi digital yang dimiliki dari mayoritas pengguna tersebut secara umum masih perlu ditingkatkan, utamanya terkait keamanan digital.

“Penting untuk memahami, rekam jejak digital dan keamanan digital seperti penguatan sandi penggunaan media digital dan tidak asal klik tautan yang dibagikan agar terhindar dari dampak negatif era digital yang sedang dinikmati”, ungkapnya.

Selanjutnya, Hardiyanti Pratiwi selaku dosen Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini UIN Antasari Banjarmasin mengungkapkan bahwa pada masa pendemi Covid-19 telah menjadi pemicu yang efektif terhadap intensitas penggunaan media digital oleh anak. Hal itu menurutnya tidak selalu berdampak baik sehingga perlu pola penanganan yang tepat seperti mengurangi intensitas dan durasi akses, memitigasi konten yang diakses, dan kombinasi antar keduanya.

Dalam segmennya, Khusnul Aflah selaku Program Manajer Jawara Internet Sehat 2022 mengungkapkan bahwa era digital memfasilitasi orang dari berbagai wilayah, bahkan lintas negara untuk saling terhubung dan saling berinteraksi serta mendapatkan informasi dari siapa saja, kapan saja dan dari mana saja. 

Sayangnya, hal itu tidak sepenuhnya didukung dengan tingkat literasi digital yang dimiliki sehingga kadang era digital menjadi pembawa mudharat daripada maslahat, utamanya terkait bagaimana mendidik dan menyambut anak di era digital. Menurutnya pemahaman yang baik tentang karakteristik anak dan karakteristik era digital itu sendiri menjadi penting untuk mampu mendidik anak di era digital secara baik.

“Anak usia dini itu kan masuk kategori anak yang sedang dalam masa penting pertumbuhannya atau golden age. Mereka juga masuk sebagai generasi digital asli dan secara khusus sebagai generasi Z dan Alfa”, jelasnya.

Lebih lanjut, Aflah menyampaikan pentingnya etika digital pada anak usia dini seperti screen time, screen break dan screen zone agar tidak kebablasan dalam menikmati era digital. Terakhir, Aflah juga menyampaikan tips untuk mendampingi anak usia dini dengan ABC, yaitu Ajak ngobrol, Beri contoh dan Cermati tumbuh kembangnya.

Terakhir, M. Irfan Islamy yang juga pegiat literasi digital Titik Fokus Karya mengungkapkan bahwa pola pengasuhan anak perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi era digital. Era digital tidak mungkin dipisahkan dari kehidupan anak, begitu juga sebaliknya anak tidak bisa sepenuhnya dibebaskan di era digital. 

Penyesuaian pola asuh anak menjadi penting. Menurutnya, orang tua memiliki power dan peran strategis untuk membimbing anak dalam menikmati era digital. “Banyak anak menggunakan gadget orangtua (milik sendiri) untuk tujuan hiburan dan “pendidikan”, tapi kita sebagai orangtua mempunyai pilihan untuk menentukan standar / value seharusnya mengakses internet”, tutup Irfan. (ses)