M. Adi Bagus, JaWAra Internet Sehat dari Kalimantan Selatan melanjutkan program literasi digital lawan hoaks melalui kegiatan pengajian yang bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.  Acara yang mengangkat topik “Meneladani Nabi Muhammad SAW di era digital”, dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 2022 di Barito Kuala dan bekerjasama dengan Rumah Belajar Sahabat Pintar.

Tradisi Tabayyun menjadi materi ceramah yang dibahas oleh Ustadz Nasrullah pada pengajian yang dihadiri oleh 100 orang tersebut. Menurutnya tradisi ini masih sangat relevan diterapkan di era digital kekinian. Apalagi saat ini kita dimudahkan dengan berlimpahnya informasi, tetapi belum diketahui kebenarannya.

Tabayyun sendiri dalam bahasa Arab berarti mencari kejelasan hingga terang dan benar, dengan kata lain melakukan cek dan ricek atau verifikasi.

“Konsep tabayyun telah dicontohkan oleh Rasullah SAW yang juga dipraktekkan oleh sahabat-sahabat-Nya. Konsep ini dapat berlaku bagi setiap orang yang ingin membagikan informasi juga dapat berlaku bagi penerima informasi,” tuturnya.

Ia juga berharap, di zaman digital ini, masyarakat tidak mudah terpancing oleh isu hoaks atau informasi yang diragukan kebenarannya dan lebih banyak mengoreksi kekurangan kita daripada mengoreksi kekurangan orang lain.

Kementerian Agama RI sendiri menyinggung tabayyun dalam buku Akidah Akhlak (2020) sebagai salah satu landasan etika dalam menggunakan media sosial. Hal ini sejalan dengan empat pilar program literasi digital nasional, karena saat melakukan tabayyun perlu penguasaan hard skill dan soft skill. Khususnya dalam pilar kecakapan digital (Digital Skills) dan etika digital (Digital Ethics).

Lebih lanjut dijabarkan pula dalam buku tersebut bahwa tabayyun perlu dilakukan kepada pembawa berita dan isi berita. Inilah sebabnya diperlukan kemauan belajar, keinginan mengembangkan dan melatih serta memperbaiki diri yang kuat untuk bisa mengamalkan tradisi ini.

Tabayyun bagi penyebar informasi dapat dilakukan dengan memastikan kembali informasi yang diperoleh. Melakukan validasi apakah isi berita atau informasi benar adanya, apa tujuan dari informasi tersebut benar. Tidak kalah penting penyebar informasi harus tahu target audience informasi.

Bagi penerima informasi, tabayyun dapat dilakukan dengan tidak dengan mudah memberi penilaian maupun mengambil keputusan untuk menindak lanjuti atau menyebarkannya, cepat-cepat terbawa perasaan atau baper. Selain itu juga harus tetap harus lakukan validasi terhadap isi berita dan sumber informasi.

Sebagai JaWAra Internet Sehat Kalsel, Adi percaya tabayyun tidak hanya mampu menangkal hoaks. Tradisi ini sekaligus wujud nyata teladan Nabi Muhammad SAW yang dapat diimplementasikan dan dibagikan kepada lingkungan terdekat kita di era digital ini. 

Apalagi semakin banyaknya misinformasi, disinformasi, dan malinformasi yang membuat kegaduhan di ekosistem digital dan memicu hoaks. Banyaknya individu maupun pihak tidak bertanggungjawab yang membagikan informasi dengan sumber yang tidak dapat divalidasi, isi yang tidak sesuai dengan konteks informasi yang dibagikan atau bahkan cenderung membuat orang bingung dan berpotensi mengadu domba atau memecah belah.

Ia berharap dengan belajar literasi digital melaui penerapan tabayyun, akan semakin banyak masyarakat yang menyadari pentingnya memilah dan memeriksa kejelasan informasi sebelum menyebarkan ulang. Dengan demikian akan turut meningkat pula kesadaran masyarakat Indonesia akan kecakapan digital indeks literasi digital secara keseluruhan. (ses)