Fajarianto Abukasi, seorang JaWAra Internet Sehat dari Provinsi Gorontalo menggelar webinar dengan tema Digital Literacy for the era Society 5.0, dengan target anak muda/mahasiswa sebagai pesertanya.
Anak muda yang dalam kesehariannya akrab dengan perangkat digital tentunya juga sering dihadapkan pada berbagai isu literasi digital. Masalah yang marak belakangan ini yakni pinjaman online, yang tentunya berkaitan langsung dengan perlindungan data pribadi, hingga masalah terkait pentingnya menjaga jejak digital, serta mencegah penyebaran hoaks, adalah hal-hal yang sudah seharusnya dipahami.
Fajarianto Abukasi, dari JaWAra Internet Sehat Gorontalo, berkolaborasi dengan Blod.id dan Telkomsel Gorontalo, mengangkat materi tersebut yang dikemas dalam webinar pada 11 Oktober 2022 lalu. Webinar bertajuk Digital Literacy for the era Society 5.0 itu dihadiri oleh 84 peserta, yang sebagian besar merupakan anak muda.
Hadir sebagai narasumber yakni Eko Nasaru selaku CEO Blod.id, Julianur Husain dan Fajar Abukasi dari JaWAra Internet Sehat Provinsi Gorontalo. Pemateri pertama, Eko Nasaru, membawakan materi terkait pinjaman online, atau yang akrab disebut pinjol. Dalam pemaparannya, disampaikan agar tidak perlu khawatir ketika dihubungi pihak pinjol selama kita tidak pernah mengajukan pinjaman. Sebab hal tersebut dapat dilaporkan melalui link pengaduan, karena merupakan ancaman yang tidak dibenarkan.
Materi selanjutnya disampaikan oleh Julianur Husain, salah satu JaWAra Internet Sehat Provinsi Gorontalo yang membawakan materi terkait perlindungan data pribadi. Kemudian diakhiri dengan materi terkait pentingnya menjaga jejak digital dan mencegah penyebaran hoaks oleh Fajar Abukasi, yang juga adalah JaWAra Internet Sehat Provinsi Gorontalo. Pertanyaan demi pertanyaan diajukan oleh para peserta kepada tiap narasumber, hingga tanpa terasa waktu dua jam yang disediakan berlalu.
Menariknya materi yang disampaikan tiap narasumber membuat para peserta mengusulkan diadakannya kegiatan secara luring untuk yang berada di Provinsi Gorontalo, agar para peserta bisa lebih puas berdiskusi dengan pemateri. Dari sini terlihat bahwa ketertarikan anak muda akan isu literasi digital itu tinggi. Mereka tidak sekadar ingin tahu apa itu literasi digital, tapi lebih dari itu mereka tertarik untuk melakukan perubahan. Menjadi jalan untuk mencegar beredarnya hoaks, membantu orang lain agar paham bagaimana melindungi data pribadi, dan topik-topik lainnya terkait literasi digital. (and)