Muh. Ripay Tohamba | jaWAra Internetsehat Sulawesi Tenggara

Dalam berbagai survei, Indonesia kerap disebut-sebut sebagai salah satu negara pengguna media sosial terbesar di dunia. Dengan perkembangan teknologi digital yang massif dan tak terbendung, fenomena ini tentu tak terhindarkan. Namun, di balik derasnya arus informasi dan berbagai kemudahan hidup yang ditawarkan oleh kehadiran internet dan berbagai media digital, tersembunyi potensi bahaya dan berbagai dampak buruk jika penggunanya tidak bijaksana dalam memanfaatkan teknologi digital.

Anak merupakan kelompok rentan bagi fenomena pesatnya kehidupan digital saat ini. Bagi anak, gawai dapat digunakan untuk mendukung kegiatan belajar. Namun, anak bukanlah pengguna media digital yang bijak. Mereka dapat dengan mudah mengakses internet tanpa mendapatkan manfaatnya secara optimal. Parahnya, anak dapat menjadi sasaran kejahatan dunia maya jika mereka tidak terproteksi sejak dini dengan pengetahuan yang memadai.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) baru-baru ini merilis laporan “Profil Pengguna Internet 2022”. Dalam laporan tersebut, APJII mengungkapkan, anak-anak berusia 5-12 tahun memiliki penetrasi internet sebesar 62,43%. Pada November 2021 silam, Badan Pusat Statistik juga merilis data yang menunjukkan, 88,99% anak berusia 5 tahun ke atas mengakses internet untuk bermedia sosial.

Fenomena ini tentu perlu mendapat perhatian yang serius, jika mengingat kerentanan anak akan kejahatan dunia maya, seperti menjadi korban cyber bullying, terpapar pornografi, hingga menjadi sasaran predator anak. Peduli akan hal ini, Gerakan Kendari Mengajar berkolaborasi dengan Sultra Island Care melakukan kampanye literasi digital bertajuk “Koding: Kolaborasi Digital Bungin”, dalam bentuk edukasi kepada anak sekolah, yakni dari jenjang Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama.

Dua organisasi yang menitikberatkan gerakan mereka pada isu pendidikan anak ini, menggelar serangkaian kegiatan belajar yang dikemas secara menarik, dengan tujuan selain untuk mengedukasi, juga mengajak anak mengenal literasi digital sambil bermain. Kegiatan berlangsung pada 26 – 27 Juli 2022, di Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Sulawesi Tenggara, yang merupakan sebuah perkampungan masyarakat suku Bajau yang berada di tengah laut.

Kegiatan belajar dipusatkan di SD/SMP Satu Atap Negeri Bungin Permai, dalam bentuk kelas estafet berdurasi 35 menit di setiap sesinya. Kelas-kelas tersebut antara lain: kelas pengenalan 4 pilar literasi digital, kelas dongeng, kelas keamanan digital (digital safety), kelas keterampilan digital (digital skill). Setiap kelas berlangsung sebanyak empat sesi, dengan peserta siswa Sekolah Dasar kelas 3, 4, 5, dan 6, yang belajar secara bergantian. Sementara itu, pada saat yang bersamaan, digelar pula talkshow mengenai literasi digital bagi siswa Sekolah Menengah Pertama, dan kelas dongeng yang khusus diperuntukkan bagi siswa Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar kelas 1 dan 2.

Pembagian kelas ini didasarkan pada pertimbangan perihal daya serap informasi setiap jenjang usia anak, kompleksitas materi yang diajarkan, serta tujuan pembelajaran. Pada sesi 4 pilar literasi digital, anak diajak untuk mengenal etika digital, budaya digital, keterampilan digital, serta keamanan digital. Kelas ini ditujukan untuk menyiapkan pondasi bagi anak dalam menghadapi pesatnya perkembangan teknologi hari ini. Pada kelas ini, anak mempelajari literasi digital secara umum melalui permainan puzzle, dengan harapan, mereka dapat menumbuhkan sikap bijak dalam bermedia sosial atau menggunakan media digital lainnya, misalnya tidak menyebarkan berita bohong (hoaks), tidak dan melakukan perundungan di media sosial; mengenal pemanfaatan media digital untuk berbelanja, berjualan, bermain game, dll; mengenal ragam keterampilan yang bisa dijajal dengan memanfaatkan media digital, misalnya menciptakan aplikasi, membuat konten bermanfaat maupun hiburan, dll; serta mengetahui pentingnya menjaga keamanan data pribadi di internet/media sosial untuk menghindarkan anak dari bahaya kejahatan di dunia maya.

Sementara itu, di kelas digital skill, anak dibekali pengetahuan dasar mengenai ragam keterampilan dalam menggunakan ponsel dan komputer, jenis media sosial dan fungsinya, serta profesi baru yang muncul karena pemanfaatan teknologi digital, seperti selebgram, influencer, youtuber, TikToker, dll. Adapun kelas keamanan digital, mengenalkan cyber bullying dengan konsep “nonton bareng”. Di kelas ini, anak diajak mengobrolkan film yang telah ditonton bersama, yang memuat unsur bullying dan cyberbullying, dengan tujuan, anak dapat mengenal perilaku bullying, baik di dunia nyata maupun dunia maya serta tidak menjadi pelaku bullying.

Adapun kelas dongeng terbagi dua jenis, yakni dongeng yang diperuntukkan bagi siswa TK dan SD kelas 1 dan 2, dan dongeng yang diperuntukkan bagi siswa SD kelas 3 – 6. Untuk anak usia TK dan SD kelas 1 dan 2, dongeng memuat isu sederhana tentang bibit hoaks, yakni kebiasaan berbohong. Selain dongeng, kelas juga diisi oleh aneka permainan yang menyenangkan dan sesi membuat montase. Sementara di kelas dongeng yang lainnya, menampilkan isu literasi digital yang dikemas dalam bentuk pementasan dongeng wayang.

Di sore harinya, bertempat di halaman SD/SMP Satu Atap Negeri Bungin Permai, sesi permainan edukatif pun digelar. Ditingkahi angin laut yang berembus cukup kencang, anak-anak Bungin memilih posko permainan yang menarik hati mereka. Ada permainan ular tangga raksasa, lapak baca, atau sekadar menari riang dengan iringan musik yang menciptakan suasana ceria. Di sore hari pula, masyarakat berkumpul menyaksikan anak-anak mereka bermain permainan literasi digital dan turut terlibat dalam permainan.

Di malam hari, anak-anak dan masyarakat diajak menonton Bersama film pendek bertema literasi digital. Di hari selanjutnnya, dilanjutkan dengan agenda khitanan bersama, kegiatan tidak saja berfokus pada isu literasi digital tetapi juga memberikan pelayanan dan kebermanfaatan kepada masyarakat di bidang Kesehatan, agar masyarakat merasa diperhatikan dan merasa diistimewakan.

Rangkaian kampanye literasi digital yang direncanakan akan berlangsung hingga Oktober mendatang ini, terselenggara berkat dukungan program JaWAra Internet Sehat helatan Kominfo, WhatsApp Indonesia, dan ICT Watch. Ripay Tohamba selaku JaWAra Internet Sehat 2022 yang merupakan relawan Gerakan Kendari Mengajar sebagai salah satu penerima hibah dana program, berinisiatif menjalankan beberapa program edukasi dalam berbagai bentuk yang akan dihelat di beberapa daerah di Sulawesi Tenggara, dan menyasar jenjang Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas maupun masyarakat umum.

Kegiatan ini diharapkan dapat mejadi salah satu upaya untuk mencerdaskan anak bangsa dan menyiapkan mental anak dalam menghadapi era transformasi digital yang berkembang luar biasa pesat dan cepat, sekaligus menumbuhkan nalar kritis dalam merespons arus teknologi yang tidak saja menjanjikan kemudahan melalui ketersediaan akses informasi yang tanpa batas, melainkan juga menyimpan bahaya yang perlu dikenali dan diantisipasi sejak dini.