Muh. Ripay Tohamba, JaWAra Internet Sehat Sulawesi Tenggara
Membangun literasi digital lewat kelas di Kampung Pemuluh TPAS Puuwatu
Setiap Minggu, sekitar 60 anak dari Kampung Pemulung Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Puuwatu, Sulawesi Tenggara, selalu berkumpul dan belajar bersama relawan Gerakan Kendari Mengajar (GKM). Salah satu relawan GKM yang juga merupakan JaWAra Internet Sehat.
Kampung Pemulung TPAS Puuwatu yang terletak di kota Kendari merupakan tempat di mana seluruh sampah dari penjuru kota berakhir di tempat ini.
Adik-adik di TPAS Puuwatu berusia 3-15 tahun. Mereka sudah mulai mengenal dan menggunakan media digital seperti handphone. Namun, mereka masih memiliki indeks literasi yang rendah. Beberapa adik tidak lagi bersekolah, karena harus membantu orang tua menjadi pemulung.
Permasalahan lain adalah adik-adik yang kini beranjak remaja mulai menggunakan gawai secara berlebihan. Sama seperti di dunia nyata, adik-adik butuh pengawasan juga ketika berselancar di dunia internet. Setidaknya mereka perlu dibekali keterampilan dan kemampuan berpikir kritis.
Gerakan Kendari Mengajar dan JaWAra Internet Sehat hadir sebagai bentuk tindakan kecil guna meningkatkan literasi dan kecakapan digital anak Kampung Pemulung TPAS Puuwatu.
Di sini, Kak Ripay Tohamba sebagai jaWAra Internet Sehat Sulawesi Tenggara berinisiatif untuk untuk mengajarkan adik-adik tentang literasi digital. Ini dilakukan sebagai tindakan preventif sedini mungkin pada anak-anak untuk mencegah risiko kejahatan digital dan meningkatkan pemahaman literasi digital.
Setiap pekannya, di tanah lapang kami saling beradu dengan debu dan suara bising truk pengangkut sampah. Meski belajar hanya beralaskan baliho bekas, tidak jua menyurutkan semangat relawan, dan antusias adik-adik untuk belajar. Para adik dibagi menjadi tiga kelas, yakni Kelas Cilik 3-5 tahun, kelas kecil 6-10 tahun, kelas sedang 10-12 tahun dan kelas remaja 12-15 tahun.
Adik-adik belajar pilar literasi digital dengan beragam media, mulai dari dongeng, membaca dengan keras, menonton video literasi digital, bermain puzzle literasi digital, games mengindentifikasi informasi palsu, games menentukan pilar literasi digital, hingga bermain peran dalam memanfaatkan media sosial.
Pengajaran ini masih terus berlangsung hingga pekan kedua bulan Agustus 2022. (mnd)