Sri Putri Wulandari, JaWAra Internet Sehat asal Sulawesi Tenggara, mengunjungi para pelajar SMA Negeri 4 Kendari untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya literasi digital agar mereka semakin cakap menyaring dan membagikan informasi yang mereka dapatkan.
Tidak hanya itu, ia juga berharap kegiatan roadshow literasi digital ini dapat pelan-pelan turut mengubah pola pikir orang-orang di sekitar para generasi muda, seperti teman dan kerabat, tentang bagaimana menyikapi jenis-jenis informasi yang beredar di internet. Terutama pelajar dan masyarakat Sulawesi Tenggara yang tinggal di daerah terpencil.
Beberapa topik yang disampaikan dalam kegiatan ini adalah tentang hoaks serta cara melindungi dan menjaga data privasi di ranah digital. Rupanya, tidak sedikit peserta yang belum familiar dengan perbedaan antara istilah misinformasi, disinformasi, dan malinformasi bahkan terhadap kegiatan dari program JaWara Internet Sehat itu sendiri.
Adapun ketiga istilah di atas merupakan kategori kabar bohong atau hoaks menurut buku panduan terbitan UNESCO untuk pendidikan dan pelatihan jurnalisme terbitan tahun 2018 yang berjudul “Journalism, Fake News & Disinformation”.
Mengutip laman web Ayo Guru Berbagi Kemdikbud, secara singkat, misinformasi adalah informasi yang memang tidak benar atau tidak akurat, namun orang yang menyebarkannya berkeyakinan bahwa informasi tersebut dapat dipercaya. Disinformasi adalah informasi yang memang direkayasa oleh pihak-pihak yang berniat membohongi masyarakat dan mendapat keuntungan dari penyebaran informasi tersebut.
Sementara malinformasi adalah informasi yang memang memiliki cukup unsur kebenaran, baik berdasarkan penggalan atau keseluruhan fakta obyektif. Namun penyajiannya dikemas sedemikian rupa untuk melakukan tindakan yang merugikan bagi pihak lain atau kondisi tertentu, ketimbang berorientasi pada kepentingan publik. Beberapa bentuk pelecehan (verbal), ujaran kebencian dan diskriminasi, serta penyebaran informasi hasil pelanggaran privasi dan data pribadi adalah ragam bentuk malinformasi.
Selain Sri Putri Wulandari, kedua narasumber yang hadir di event ini, yaitu Adriyan Dwi Perkasa-JaWAra Internet Sehat 2021 sekaligus anggota Relawan TIK Sulawesi tenggara-dan Erviana sebagai perwakilan dari Relawan Mafindo yang juga merupakan seorang Jurnalis.
Berbagai pertanyaan diajukan oleh siswa dan siswi pada kegiatan yang berlangsung seru dan interaktif itu. Salah satunya Mey, siswi kelas 12 yang bertanya mengenai manfaat dan cara menjadi seorang JaWAra Internet Sehat. “Bagaimana cara menjadi anggota JaWAra internet sehat dan apa saja syaratnya? Saya ingin bergabung menjadi anggota JaWAra,” ujarnya.
Acara ditutup dengan sesi kuis yang tidak kalah heboh. Semoga para pelajar dapat membagikan ilmu yang mereka dapatkan kepada orang-orang disekitar mereka sehingga semakin bertambah pula jumlah JaWAra Internet Sehat lainnya dari Sulawesi Tenggara yang makin cakap dalam mengenali informasi hoaks dan memutus mata rantai penyebarannya. (ses)