Muhammad Ridha | jaWAra Internet Sehat Kalimantan Selatan

Webinar Literasi Digital Series of Pandawa #1 dengan tema “Internet Sehat, Mahasiswa Juara” dilaksanakan secara daring via Zoom pada 22 Agustus 2022. Kegiatan diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, sambutan singkat, pemutaran video 4 jurus cakap digital, pemaparan materi oleh tiga narasumber, tanya-jawab dan diakhiri dengan sesi foto bersama.

Dalam sambutannya, M. Irfan Islamy selaku Co-Founder Yayasan Titik Fokus Karya menyampaikan bahwa menurut Hasil laporan Kementerian Kominfo RI menyebutkan, status Literasi Digital Indonesia pada tahun 2021 berada pada ketegori sedang, yaitu 3,49 dari skala 5,00. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat literasi digital netizen Indonesia masih belum ideal. Peningkatan literasi digital di tengah pesat dan cepatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi itu menjadi hal penting yang harus segera dilakukan, salah satunya melalui webinar literasi digital.

Materi pertama disampaikan oleh Muhammad Ridha selaku Jawara Internet Sehat dengan topik bahasan, yaitu “Etis Bermedia Digital”. Dalam kesempatan itu Ridha mengungkapkan pentingnya tata krama atau netiket dalam menggunakan media digital. Menurutnya, ruang virtual sebagai tempat bertemu, berinteraksi dan berkolaborasi dengan orang-orang dari berbagai karakter, suku, agama dan budaya yang berbeda menghendaki suatu nilai atau aturan yang berlaku global.

“Pepatah lama menyebutkan di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Begitu juga di era digital, di ruang digital. Supaya semua netizen merasa aman dan nyaman, maka menggunakan media digital secara beretika menjadi urgent” ungkap Ridha.

Lebih lanjut, Ridha menegaskan “Di Indonesia juga ada UU ITE yang mengatur tentang larangan produksi dan distribusi konten negatif di media digital. Jika kita tidak menggunakan media digital secara beretika maka bisa jadi kita akan menanggung konsekuensi secara hukum karena bertentangan dengan hukum positif yang berlaku”.

Narasumber kedua, yaitu Dr. Irfan Noor, M.Hum selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Antasari Banjarmasin menegaskan pentingnya literasi digital bagi generasi muda, utamanya mahasiswa.

“Generasi Milenial dan Z merupakan generasi yang terbuka dalam menerima berbagai informasi, pandangan dan pola pikir, sehingga menyebabkan mereka mudah menerima keragaman dan perbedaan pandangan akan suatu hal. Namun, dampaknya mereka menjadi sulit mendefinisikan dirinya sendiri dan kadang memiliki daya tahan yang kurang memadai untuk menghadapi gempuran beragam budaya global” ungkap Irfan Noor.

Irfan Noor juga mengungkapkan dampak perkembangan TIK seperti digitalisasi dunia kerja, ekonomi digital dan transaksi digital menjadi tantangan yang tidak selalu mudah bagi generasi digital. Oleh karena itu, literasi digital menjadi hal penting bagi generasi muda.

Windiasti Kartika, ST.,MT yang juga Kadiskominfotik Kota Banjarmasin menyampaikan pentingnya menghindari informasi hoaks. Menurutnya, informasi hoaks merupakan hal yang sangat berbahaya, utamanya di era informasi yang melimpah ruah ini.

“Penyebarluasan informasi hoaks ini selain bisa menimbulkan konsekuensi hukum karena bertentangan dengan UU ITE juga berdampak pada keharmonisan kehidupan di era digital. Oleh karena itu, penting untuk menyaring dulu informasi yang didapat sebelum menyebarluaskannya. Teliti dulu dengan seksama, jangan langsung asal share”, ungkap Windi.

Pada sesi tanya jawab Ridha juga menyampaikan pentingnya generasi muda untuk turut aktif menjadi agen-agen pendongkrak literasi digital. Menurutnya, tingginya penyebaran konten-konten negatif seperti hoaks atau radikalisme itu karena jumlah konten-konten yang sifatnya positif dan edukatif masih sedikit. Banyak orang baik dan memiliki kemampuan cukup di bidang literasi digital hanya melihat saja, tanpa ikut serta mencegah, dan memutus penyebarluasan konten-konten negatif tersebut.