Muhammad Ridha, JaWAra Internet Sehat asal Kalimantan Selatan menggunakan pendekatan berbeda untuk melawan hoaks. Menurutnya, sebuah karya tulis ilmiah bisa jadi gerbang pertahanan pertama dari penyebaran hoaks karena karya tersebut harus disusun berdasarkan data, informasi, dan sumber tepercaya.

“Di era digital, sumber rujukan favorit dalam menulis karya ilmiah bagi mahasiswa adalah internet. Kendati demikian, informasi melimpah ruah yang ada di internet tidak selalu valid,” ungkapnya di Seminar Literasi Digital dan Workshop Pelatihan Karya Tulis Ilmiah yang diselenggarakan di Gedung Olahraga dan Seni UIN Antasari Banjarmasin pada tanggal 31 Agustus 2022.

Pada seminar yang merupakan kolaborasi antara JaWAra Internet Sehat, HMJ PAI UIN Antasari Banjarmasin, dan Yayasan Titik Fokus Karya ini Muhammad Ridha juga menegaskan pada ratusan peserta mahasiswa untuk memastikan asal-usul suatu informasi atau data, apalagi jika untuk digunakan sebagai rujukan dalam penulisan karya ilmiah.

Ketua panitia seminar dan workshop Juraida Shalelah mengungkapkan bahwa kegiatan ini sengaja dilaksanakan supaya mahasiswa baru S1 PAI dapat memahami sistematika penulisan karya ilmiah yang baik dan terampil menuangkan gagasan melalui karya tulis ilmiah. Aisyah, salah satu panitia pelaksana Seminar Literasi Digital dan Pelatihan Karya Tulis Ilmiah juga menjelaskan mengapa event kali ini berbeda dari yang sebelumnya.

“PKTI pada kali ini agak berbeda dari yang sebelumnya, karena kali ini berkolaborasi dengan seminar literasi digital, tentunya wawasan yang bisa didapat pada hari ini pun lebih luas, bukan hanya pandai menulis karya ilmiah, namun juga cakap digital. Semoga selanjutnya mahasiswa lama bisa lebih banyak mengikuti acara PKTI, karena wawasan yang di dapat dari acara ini bukan hanya penting untuk MABA, namun juga penting untuk seluruh Mahasiswa.” 

Ketua Prodi S1 PAI UIN Antasari Dr. Hj. Suraijiah, M.Pd turut menyampaikan hal serupa pada sambutan pembukaannya. “Pengenalan informasi hoaks dan praktik langsung menulis karya ilmiah ini merupakan bekal utama bagi mahasiswa agar terampil mengenali informasi-informasi hoaks dan menulis karya ilmiah di era digital. Apalagi karya ilmiah itu merupakan salah satu tugas rutin dalam perkuliahan.”

Para mahasiswa yang hadir pun menyampaikan kesan senada. Salah satunya adalah Nabila Ramadhani yang merasa materi yang diberikan hari itu sangat berguna. “Seru, sangat bermanfaat. Dari pelatihan ini saya dapat mengetahui jenis dan ciri-ciri informasi hoaks dan tata cara penulisan makalah yang baik dan benar,” ujarnya.

Selaku narasumber, JaWAra Internet Sehat Muhammad Ridha tak henti-hentinya mengingatkan para mahasiswa tentang urgensi informasi yang valid dalam penulisan karya ilmiah serta pentingnya memiliki kemampuan mengenali informasi hoaks dan memutus rantai penyebarannya. 

“Gunakan informasi atau data yang sumbernya jelas. Misalnya mau menggunakan informasi dari YouTube atau narasi di Facebook, maka pastikan dari channel resmi atau akun asli seorang pakar. Selain itu, ketika menemukan suatu informasi di internet, meskipun judul dan narasinya sinkron, datanya tidak aneh-aneh tapi sumber rujukannyanya tidak jelas, penulisnya tidak jelas sebaiknya juga jangan digunakan,” tegasnya.

Ia tidak ingin fungsi karya ilmiah sebagai sarana edukasi malah berisikan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan apalagi kemudian disebarluaskan, mengingat siapa saja bisa mengaksesnya di internet.

“Ketika menulis suatu karya ilmiah, baik makalah, artikel jurnal, atau sejenisnya maka pastikan data atau informasi yang digunakan adalah informasi yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Akan aneh dan memalukan jika judulnya karya ilmiah, tapi isinya informasi yang tidak valid atau hoaks.” 

Pada akhirnya, nasib informasi yang kita dapatkan dari internet berada di ujung jari kita sendiri sehingga perlu disikapi dengan bijak dan berhati-hati sebelum membagikannya. Semoga melalui Seminar Literasi Digital dan Workshop Pelatihan Karya Tulis Ilmiah ini, para mahasiswa dan mahasiswi dapat juga menjadi cendekiawan anti hoaks daring maupun luring. (ses)