Pandemi COVID-19 membawa perubahan pada kehidupan kita. Kegiatan luring terpaksa dilakukan secara daring. Termasuk workshop untuk menambah kemampuan, banyak dilakukan secara online.
Biasanya, salah satu syarat untuk mengikuti workshop secara online adalah mengisi data diri melalui Google Form. Namun, ada saja oknum yang mencari keuntungan di tengah pandemi dengan cara membuat webinar palsu dengan menyertakan persyaratan mengisi form data pribadi. Tautan formulir untuk webinar ini tersebar di grup-grup Whatsapp. Bahkan, sasarannya pun bukan hanya orang yang tinggal di kota saja, tetapi juga masyarakat terluar yang tinggal di desa.
Nurliya Ni’matul Rohmah, JaWAra Internet Sehat asal Nusa Tenggara Barat, menceritakan hal tersebut yang masih saja berlangsung hingga kini. Pasalnya, tak sedikit orang mengira bahwa tautan dan webinar yang dijanjikan betul adanya.
“Banyaknya link ini, menjadikan masyarakat sulit sekali membedakan mana link benar dan mana link phishing, sehingga bagi sebagian masyarakat desa terluar, segala yang berkaitan dengan link selalu dianggap benar dan profesional, sehingga dengan mudah mereka mengkliknya dan memasukkan data mereka,” ujar Nurliya.
Kondisi pandemi seperti ini menjadi celah oknum tidak bertanggungjawab untuk mencuri data pribadi dengan kedok pengadaan webinar. Biasanya, peserta diminta untuk mencantumkan nomor whatsapp dan akun media sosial mereka. Nurliya mengatakan, hal ini mudah menjadi sasaran akun media sosial dan Whatsapp diambil alih dan digunakan sebagai modus penipuan uang.
Agar tidak terjadi lagi isu serupa, masyarakat perlu dibekali kewaspadaan dan kemampuan keamanan digital. Oleh karenanya, Nurliya berinisiatif mengadakan workshop bertajuk “Literasi Digital Phishing dan Hoax” pada 12 Oktober 2021 di Gili Maringkik dan Desa Lunyuk, Nusa Tenggara Barat.
Terdapat sekitar 300 peserta offline dan 500 peserta online, terdiri dari Pokdarwis, masyarakat umum, dan UMKM. Kegiatan ini difokuskan untuk masyarakat di desa terluar NTB.
Workshop berlangsung secara dinamis. Nurliya juga mempraktekkannya secara langsung bagaimana cara membedakan tautan asli dan palsu. Termasuk cara membedakan berita hoaks dan fakta. Tak lupa, ia juga mengajarkan peserta untuk mengatur keamanan dan privasi di ponsel, untuk meminimalkan risiko terjadinya kejahatan online.
Ini bukan kali pertamanya Nurliyah berkabar soal literasi daerah di pelosok NTB. Kegigihannya dalam mengedukasi masyarakat mendapatkan banyak tawaran kolaborasi untuk melakukan kegiatan literasi digital di desa-desa. Nurliyah menyaksikan masyarakat selalu semangat untuk menerima pembelajaran yang ia sampaikan.
“Masyarakat selalu antusias dalam menjawab pertanyaan dan menceritakan pengalamannya, karena hal ini sebenarnya telah berlangsung di kehidupan mereka sehari-hari,” tutur Nurliyah. (ma/mt)