Muhammad Aswar, JaWAra Internet Sehat dari Sulawesi Selatan mengadakan sharing session literasi digital bersama Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar sekaligus membuka ruang diskusi tentang kembali maraknya kasus kebocoran data belakangan ini.
Diskusi yang berlangsung pada tanggal 17 September 2022 tersebut berjalan seru dengan mengangkat tema “Strategi Tepat Menjaga Privasi Data Digital di Sosial Media”. Ia berharap partisipasi para mahasiswa dan mahasiswi sistem informasi dalam diskusi dapat menghasilkan strategi maupun solusi yang bisa membantu masyarakat umum menjaga data pribadi mereka di internet.
Sebanyak 132 mahasiswa yang menghadiri sharing session sepakat bahwa literasi digital masyarakat perlu ditingkatkan supaya mereka semakin terlatih berpikir kritis sebelum membagikan informasi apapun di internet. Selain masyarakat, mahasiswa juga tetap perlu terus menemukan strategi yang tepat untuk mencegah terjadinya kebocoran data.
“Sharing session ini dilaksanakan untuk memahamkan kepada mahasiswa terkait pentingnya privasi dan strategi yang tepat agar tidak terjadi kebocoran data. Data yang yang bocor biasanya berupa data pribadi seperti tanggal lahir, email bahkan bisa password yang dapat berdampak pada penyalahgunaan data,” jelas ketua himpunan, Kevin Bimantara.
Muhammad Aswar selaku JaWAra Internet Sehat Sulawesi Selatan juga menambahkan bahwa setidaknya ada lima langkah dalam melindungi keamanan digital. Diantaranya, mengidentifikasi aset digital, melindungi aset digital, mendeteksi insiden keamanan digital, merespon insiden dengan mengganti password dan kemudian recover kembali akun kita.
Ia mengumpamakan, password layaknya seperti sebuah pakaian dalam.
“Pakaian dalam kita kan pasti diganti secara berkala, begitu juga password harus diganti secara berkala minimal tiga bulan,” ucapnya.
Aswar juga memberikan tips lain agar terhindar dari pencurian data pribadi, yaitu dengan tidak memposting data pribadi di media sosial.
“Contoh kita lihat kemarin sertifikat vaksin yang banyak diupload di sosial media. Di situ ada identitas kita, takutnya itu menjadi bahan untuk merugikan untuk kita,” tuturnya.
Selain itu, menurutnya penting juga untuk mencermati setiap link yang diterima via sms, aplikasi percakapan, email, dan medsos. “Bisa jadi link tersebut merupakan phising. Jangan asal klik.
Juga jangan sembarangan mengisi formulir online, dan menginstal aplikasi ponsel hanya dari tempat resmi, misal Playstore atau Appstore,” jelasnya.
Selama acara berlangsung tidak sedikit pula mahasiswa yang menanyakan berbagai cara untuk mencegah penipuan, cara mengetahui data pribadi yang bocor, cara mengetahui aplikasi yang aman, hingga tingkat keamanan digital di Indonesia. Beberapa mahasiswa juga merasa acara diskusi ini berhasil memulai percakapan keamanan digital yang lebih dalam lagi.
“Menurut saya acara sharing session literasi digital ini cukup menarik, karena yang diangkat itu masalah data. Apalagi sekarang ini kan lagi booming nih yang namanya kebocoran data. Nah, menurut saya ini penting sekali soalnya dari situ kita bisa tahu ternyata jangkauan data kita di mana dan cara pengamanannya seperti apa. Harapan saya, materi selanjutnya bisa lebih meluas lagi khususnya yang berhubungan dengan teknologi,” ucap Farid, salah seorang peserta sharing session literasi digital.
Selain Farid, ada juga Rafael dan Aisyah yang terkesan dengan acara ini karena keduanya merasa memang sudah seharusnya keamanan data pribadi yang penting itu sungguh-sungguh bisa dijaga dengan baik. Jangan sampai bocor ke pihak yang salah. (ses)