Banyak sekali informasi yang tidak jelas sumber dan kebenarannya tersebar di grup WA keluarga dan Rekanan kerja. Kebanyakan informasi tersebut disertai dengan gambar dan tautan, sehingga banyak yang percaya. Sebagian besar pihak yang rentan terhadap informasi tersebut adalah para orang tua. Namun di sisi lain, saat ini sangat kurang akses informasi terkait literasi digital yang sesuai dengan orang tua. Kebanyakan hanya menyasar anak muda dan pekerja formal. Oleh karena itu Jawara InternetSehat Sulawesi Tengah menginisiasi kegiatan literasi digital yang dapat diakses oleh lebih banyak pihak, khususnya para orang tua.
Andi Rizky Hardiansyah mencoba menyampaikan konten materi literasi digital melalui kegiatan keagamaan. Program ini dimulai dengan Focus Group Discussion (FGD) kepada beberapa mubaligh muda yang tergabung dalam forum khotib Kota Palu pada 15 Oktober 2021, untuk menyusun materi dakwah bertema literasi digital. Materi dakwah tersebut, kemudian disampaikan melalui agenda sholat jumat di masjid-masjid sekitar. Dengan demikian, konten literasi digital dapat tersampaikan kepada lebih banyak masyarakat secara efisien. Dalam implementasinya Jawara dan tim Mubaligh muda menyasar 8 masjid di wilayah Kota Palu, Kab. Sigi, dan Kab. Donggala. Setiap masjid rerata memiliki jamaah kurang lebih 200 orang. Terlebih lagi, untuk kedepannya materi dakwah yang sudah tersusun dapat digunakan oleh khatib untuk menyampaikan materi literasi digital melalui khotbah jumat di berbagai masjid.
Program ini terlaksana berkat bekerja sama dengan Dewan Masjid Indonesia yang memberikan izin melakukan program ini di masjid-masjid tertentu. Selain itu dukungan juga didapatkan dari dinas terkait untuk memfasilitasi FGD dengan mubaligh muda.
Ternyata kegiatan keagamaan bisa didesain dengan konten yang lebih kekinian dan tidak bersifat eksklusif. Namun tetap perlu memperhatikan pendapat para orang tua, terlebih lagi terkait kegiatan keagamaan. Karena para orang tua cenderung ingin tetap dilibatkan. Karena kejadian di beberapa masjid, jadwal mubaligh muda terpaksa diundur karena kurangnya komunikasi dan digantikan oleh khatib yang lebih tua.
Hal yang paling penting dari program ini adalah meningkatnya wawasan para mubalig tentang pentingnya literasi digital. Serta memberikan inspirasi bahwa konten materi dakwah dapat disusun dengan hal-hal yang kontekstual dan sesuai kebutuhan umat saat ini, khususnya di era digital. Pasca program ini, beberapa mubalig masih menggunakan konten dakwah literasi digital yang disusun ketika bertugas sebagai khotib sholat jumat. Selain para mubaligh, kegiatan sederhana ini juga telah memberikan informasi kepada masyarakat secara masif. Beberapa rekan yang ikut serta dalam membantu kegiatan ini tersadar bahwa kegiatan keagamaan seharusnya tidak kaku dan dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman, agar ummat bisa lebih terhindar dari mudarat.
Sejak kegiatan tersebut kini para pendakwah mulai menyusun materi dakwah terkait menangkal hoaks, perlindungan data pribadi, bijak bersosial media, bahkan kaidah-kaidah agama terhadap pesatnya perkembangan zaman. (mt)