Erhantya Gitta Mustika, Okky Puspitasari, Paramita Tri Ratna adalah JaWAra Internet Sehat Jawa Timur. Mereka mengadakan Seri Pengasuhan Digital dan sesi 3 kali ini mengajak orang tua berbagi praktik baik mengenai Kompetensi Masa Depan Anak di Dunia Digital.
Perkembangan teknologi saat ini membuka mata banyak orang tentang pentingnya kemampuan dan kecakapan digital. Setiap pengguna penting memahami literasi digital sebagai bekal dalam menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dan sumber melalui teknologi digital.
Kemampuan literasi digital ini jugalah yang diharapkan dapat dipahami oleh orang tua sebagai bekal dalam mendampingi perkembangan anak di era teknologi digital yang pesat. Karena di masa depan anak-anak dituntut untuk adaptif menghadapi perubahan yang tidak terduga. Dengan bekal yang tepat dimulai sejak dini, anak akan memiliki kompetensi di dunia digital yang akan membantu di masa depannya kelak.
Sesi Seri Pengasuhan Digital mencoba membawa isu ini dalam Seri Pengasuhan Digital Sesi 3 dengan tema “Kompetensi Masa Depan Anak di Dunia Digital”. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2022 bertempat di Hotel Amaris Margorejo Surabaya berkolaborasi dengan PAUD Anak Ceria, Puspaga Kota Surabaya, Rumah Kumbang, Ladang Lima, Unicef, AIMI jatim, Read Aloud Surabaya, Babywearers031, dan Ibu Profesional SuraMadu.
Sesi Rangkul Seri Pengasuhan di Dunia Digital sendiri adalah sesi berbagi praktik baik bagi orangtua dan orang dewasa di sekitar anak untuk memahami dan mempraktikkan dukungan terhadap kompetensi anak di dunia digital.
Sesi ketiga kali ini cukup menarik karena ada beberapa keluarga yang sengaja membawa anak untuk sekalian belajar bersama. Sesi diawali dengan refleksi tentang apa yang dilakukan saat mengakses dunia digital. Apakah menggunakan dunia digital untuk hiburan atau komunikasi, serta apakah media digital yang dimiliki pernah digunakan untuk kegiatan produktif seperti berjualan atau memproduksi konten.
Di sesi ini banyak orang tua yang menanyakan tentang kekhawatiran mereka terkait kemampuan anak dalam belajar. Ada orangtua yang merasa anaknya disleksia berdasarkan pengamatannya, ada pula yang memiliki hambatan perkembangan lain yang membutuhkan saran untuk memberikan alternatif konten belajar di youtube. Selain itu juga ada yang menceritakan tentang cita-cita anaknya yang ingin menjadi youtuber, sehingga meminta saran bagaimana mendampingi anak dengan tepat di era digital.
Sesi pun diakhiri dengan menuliskan rencana aksi. Apa yang mau dihentikan, dilanjutkan, dan dimulai berkaitan dengan materi kompetensi masa depan anak yang sudah dipelajari. Orang tua pun sangat antusias bahkan meskipun acara sudah selesai, banyak yang masih berkonsultasi dengan narasumber. (ria)