Informasi tanpa sumber yang jelas terkadang membuat emosi pembaca meletup-letup. Belum lagi informasi hoaks yang menyentil emosi pembacanya. Memang dibutuhkan ketelitian ekstra dan berhati-hati ketika membaca informasi.

Adriyan Dwi Perkasa, JaWAra Internet Sehat perwakilan Kolaka, Sulawesi Tenggara, mengatakan minat baca dan kemampuan mengelola informasi yang kurang baik, membuat seseorang cenderung menelan informasi mentah-mentah. 

Ada beberapa kasus di daerahnya yang menyulut perhatian masyarakat, terutama hoaks yang beredar terkait COVID-19.

“Seperti kemarin soal kasus larinya salah satu masyarakat yang sedang dikarantina dikarenakan pelayanan yang sangat buru di tempat karantina dan sempat divonis untuk dimatikan dan dikubur sesuai protokol covid-19. Dan ternyata ini adalah misinformasi yang dimana oknum tersebut hanya tidak ingin di karantina selama masa penyembuhannya selesai,” tutur Adriyan.

Supaya masyarakat memiliki literasi yang baik di zaman serba digital, apalagi persebaran informasi sangatlah cepat, ia menginisiasi workshop MaSa Sih (Masyarakat Sadar Informasi Hoax) pada 25 September 2021 di Kolaka.

Dalam acara ini, ia menggaet 100 peserta yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum. Workshop tersebut juga mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat, komunitas, sekolah, dan antusiasme masyarakat.

Edukasi literasi yang diangkat antara lain hoaks dan keamanan data pribadi. Peserta mendapatkan pembekalan bagaimana cara meneliti dan memvalidasi sebuah informasi, apakah termasuk hoaks atau fakta.

Animo masyarakat dalam mengikuti workshop ini sangatlah tinggi. Mereka berharap agar hoaks dapat terus divalidasi terutama di wilayah mereka. Oleh karenanya, salah satu peserta berharap supaya ada platform atau situs pencari fakta khusus untuk di Kabupaten Kolaka. Sehingga masyarakat dapat memvalidasi informasi yang diperoleh, menghindari perpecahan akibat kabar kibul.