Seberapa percaya kamu terhadap teori konspirasi? Di antara para muda-mudi, ternyata konspirasi teori ini masih jadi perbincangan hangat. Terutama di tengah pandemi COVID-19. Tapi sebenarnya apa sih teori konspirasi?

Menilik sedikit dari laman Britannica, teori konspirasi merupakan upaya untuk menjelaskan peristiwa berbahaya atau tragis. Biasanya penjelasan ini dipercaya oleh sekelompok kecil orang yang menentang fenomena sebuah peristiwa. Tentunya konspirasi yang terjadi menyebarkan kecemasan, ketidakpastian, hingga depresi. Konspirasi teori ini dibawakan oleh seseorang yang memiliki kekuatan menggiring massa.

Ternyata teori konspirasi seputar COVID-19 ini masih digandrungi oleh segelintir pemuda di Makassar, Sulawesi Selatan. Kondisi ini memang diakui oleh Muhammad Aswar, sebagai JaWAra Internet Sehat asal Makassar. 

“Mereka percaya pada teori-teori konspirasi tentang vaksin yang tersebar di Youtube ataupun berbagai grup Whatsapp.” ucap Muhammad Aswar.

Konspirasi ini biasanya tersebar sebagai hoaks yang beredar. Sebagian orang muda pun ada yang mempercayai hoaks tersebut hingga mendorong keputusan mereka untuk tidak ikut vaksinasi COVID-19, terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa. Padahal, vaksinasi ini menjadi langkah utama untuk menekan angka COVID-19.

Memahami kondisi yang terjadi, Muhammad Aswar terpantik semangatnya untuk memberi edukasi agar tak banyak kaum muda yang terjerat misinformasi, terutama yang berkaitan dengan isu COVID-19 dan vaksinasinya. Melalui edukasi ini, harapannya banyak orang yang bersedia divaksin untuk melindungi satu sama lain.

Ia menyelenggarakan workshop offline “Bersama Stop Hoax” pada 9 Oktober 2021 di Komunitas Suburbia. Ada sekira 30 orang yang dilatih dalam workshop tersebut. Sekilas info, Komunitas Suburbia menjadi wadah keunikan bakat dari para anggotanya. Pemuda di sini menamakan diri mereka sebagai “anak pinggiran”.

“Kami berkolaborasi dengan Komunitas Pemuda Suburbia yang menjadi wadah para pemuda untuk menyalurkan bakat. Kami mengangkat isu hoaks karena masih banyaknya pemuda yang enggan divaksin COVID-19,” ujar Aswar.

Tak terlepas dari itu, dalam kesehariannya, para pemuda di komunitas tersebut seringkali mendapat berita hoaks. Bila kebenarannya tak terungkap, besar kemungkinan mereka akan terus percaya hoaks.

Oleh karenanya, Aswar mengajak anak-anak muda di Komunitas Suburbia untuk mendemokan bagaimana memvalidasi berita hoaks yang membuat kerusuhan belakangan ini tentang hoaks COVID-19 di daerahnya. 

Setelah terselenggaranya workshop dan demonstrasi pengecekan haks, Aswar mengatakan kini para peserta sudah lebih banyak tau tentang ciri-ciri berita hoaks. Mulai dari mengecek tautan resmi, memahami apakah judulnya dibuat bombastis, dan tidak mudah menyebarkan berita yang belum jelas sumbernya.

Aswar berharap, setelah terselenggaranya workshop ini, masyarakat jadi lebih hati-hati dalam menilai kebenaran informasi. Tak lupa menumbuhkan sikap waspada mereka di tengah pandemi dan memunculkan kembali semangat untuk mau divaksin COVID-19. (ma/mt)