Masih ada saja perputaran kabar kibul yang kerap bikin orang bingung. Agar tingkat literasi digital masyarakat semakin merata dalam menghadapi isu hoaks ini, selalu ada edukasi untuk menyokong pengetahuan mereka.

Satria Andika Al Rasyid, JaWAra Internet Sehat asal Bandung, Jawa Barat, giat menggencarkan program literasi digital di daerahnya. Ia menyelenggarakan Roadshow Saring sebelum Sharing sebagai langkah untuk meminimalkan berita-berita hoaks pada 24 Oktober 2021.

Satria berkolaborasi dengan AISNU Jawa Barat untuk memberikan pelatihan literasi digital di kehidupan pesantren.

“Maka dari itu tema kegiatan kali ini yaitu “Peningkatan Literasi Digital dalam melawan hoaks pada santri” yang dimana para santri diajak untuk memahami dan belajar bagaimana tips dan trik dalam melawan hoaks serta memberikan informasi dampak dari penyebaran hoaks,” ucap Satria.

Roadshow ini telah menggaet 589 orang. Pada sesi kali ini, Satria mengumpulkan 60 santri yang akan mendapat bekal edukasi tentang memvalidasi berita hoaks. 

Dalam workshop tersebut, Satria mengajak partisipan untuk menganalisis beragam macam berita yang tersebar, serta menjabarkan dampak yang mungkin terjadi. Di samping itu, ia juga membeberkan tips dan trik mengetahui berita hoaks, serta mencegah penyebarannya.

Memang, kalau bicara hoaks kita mungkin pernah jadi pelaku penyebaran berita bohong tersebut. Bukan karena sengaja, mungkin saja karena kita tidak detail dalam menelaah apakah informasi ini benar adanya atau tidak.

Sama seperti yang dialami beberapa santri, mereka bercerita pernah mendapatkan dan juga menyebarkan informasi yang ternyata berita hoaks. Namun, setelah workshop ini, mereka memahami betapa pentingnya untuk melakukan cek dan ricek terhadap informasi yang baru kita terima, mulai dari pesan singkat, chatting, atau melalui media sosial.

Ada lagi cerita menarik dari peserta mengapa ia mengklik sebuah berita hoaks.

“Cerita dari salah satu peserta yang dimana ketika pemaparan materi berlangsung dia menceritakan pengalaman pribadi ketika mendapatkan sebuah link berita hoaks lalu narasumber pun menanyakan alasan mengapa dia meng-klik dan menelusuri link tersebut lalu dengan polosnya dia menjawab karena gabut,” ujar Satria.

Namun, dari sini semua memahami dan menganalisis, betapa pentingnya untuk mengklik sebuah tautan. Terlebih jika tautan berasal dari sumber yang kurang jelas atau kredibel. Bukan saja soal hoaks, bisa jadi tautan tersebut berisikan malware ataupun “jebakan” phishing. (ma/mt)

Featured Image oleh Matheus Bertelli dari Pexels