Hoaks, mungkin kita salah satu yang pernah terjebak di dalamnya. Mempercayai berita dengan sumber tidak kredibel, lalu menyebarkannya karena merasa yang lain perlu tahu. Hidup berdampingan dengan hoaks membuat kita patut waspada.
Penyebaran hoaks yang tiada hentinya di media sosial, memantik keinginan Nurrul Baety Tsani dan Mahabatis Shoba untuk membuat masyarakat lebih literat secara digital. Sebagai perwakilan JaWAra Internet Sehat dari Cirebon, Jawa Barat, mereka berdua membuat seminar nasional “Jadi Perempuan Unggul, Jaga Privasi dan Lawan Hoaks Biar Mantul” pada 10 Oktober 2021.
Di kota asalnya, Nurrul merasa masih banyak masyarakat yang belum tahu bagaimana mengidentifikasi informasi hoaks.
“Masih banyak masyarakat yang belum paham perbedaan antara berita palsu dan asli, parahnya lagi isu yang dibuat serta komentar-komentar yang dilontarkan kerap menyudutkan pihak tertentu,” ungkap Nurrul.
Belum lagi ada satu kasus yang ramai diperbincangkan saat dilaksanakan PPKM Darurat di Kota Cirebon. Ada sebuah video beredar yang menampilkan kericuhan dan bentrok antara warga dan aparat. Video tersebut bertajuk “Pasar Jagasatru Ricuh Akibat PPKM Darurat!”. Setelah ditelusuri, video tersebut ternyata terjadi di Pasar Kartini Peunayong Banda Aceh pada 24 Mei 2021. Video hoaks yang beredar ini bisa saja membuat resah warga setempat.
Sebagai anak muda yang aktif mendorong literasi digital di Cirebon, Ia dan Mahabatis tidak bisa tinggal diam. Mereka berdua mencanangkan program literasi digital dengan tema utama hoaks dan privasi. Mereka berharap masyarakat semakin memahami cara membedakan hoaks sehingga terhindar dari dampaknya yang merugikan.
Dalam menjalankan program ini, JaWAra Internet Sehat hadir dalam rangkaian Rapat Pimpinan Cabang IPPNU Kabupaten Cirebon untuk berbagi ilmu seputar literasi digital. Seminar ini dihadiri oleh 270 peserta dari perwakilan pelajar perempuan NU dari seluruh Kabupaten Cirebon.
Nurrul bercerita, ada seorang peserta yang berbagi pengalamannya tentang peredaran hoaks di grup keluarga. Ia cukup bingung bagaimana cara memberitahu orang tua yang mempercayai pesan hoaks tersebut, mengingat bisa timbulnya perselisihan. Namun, setelah mendapat bekal ilmu di dalam seminar ini, ia tahu bagaimana dalam menyikapi hal tersebut.
Selama acara, peserta bersemangat dapat mengikuti materi kegiatan. Nurrul dan Mahabatis berharap agar program ini dapat dilaksanakan kembali, agar masyarakat di daerahnya mendapat literasi digital lebih merata, khususnya dalam menangkal hoaks. (ma/mt)
