Mohamad Akyas, JaWAra Internet Sehat asal Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus agen perubahan Kankemenag Gunungkidul, memulai rangkaian program literasi digitalnya yang pertama di MIN 1 Gunungkidul. Menurutnya literasi digital sebaiknya mulai diberikan sejak dini mengingat hampir semua anak pada generasi ini sudah familiar dengan penggunaan gawai.
Akyas juga melihat belum adanya mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di madrasah ibtidaiyah (setingkat SD). Sementara, Digitalisasi Madrasah sendiri telah berkembang pesat terlebih saat masa pandemi dengan seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan secara jarak jauh (daring). Hal tersebut belum diimbangi dengan pembekalan literasi digital pada siswa tingkat dasar (madrasah ibtidaiyah).
Terpilih sebagai JaWAra Internet Sehat dari DIY, ia pun mengajukan program literasi digital saat Raker Kankemenag Kab. Gunungkidul (Maret 2022) untuk mengisi ranah tersebut. Selain mengedukasi dan membimbing para siswa untuk menjadi pengguna internet yang sehat dan bijak, program ini selaras juga juga dengan program nasional Indonesia Makin Cakap Digital dan program prioritas Kementerian Agama tahun 2022, yaitu Transformasi Digital melalui Madrasah Digital.

Kegiatan pertama yang diselenggarakan pada tanggal 24 September 2022 ini dihadiri oleh 84 orang dan terbagi menjadi dua sesi. Pertama, berfokus pada peserta didik tingkat akhir (kelas VI) pada tahun pelajaran 2022/2023 lalu kemudian sesi kedua untuk para guru dan tenaga kependidikan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kabupaten Gunungkidul.
Bekerja sama dengan Kankemenag Kabupaten Gunungkidul dan Kanwil Kemenag Daerah Istimewa Yogyakarta, Akyas menyusun program dan langkah pendekatan sesuai dengan kebutuhan dan kultur daerah asalnya. Utamanya memberikan pembekalan berpikir kritis sejak dini sebagai bekal anak-anak kedepannya.
Menggunakan model semi pelatihan dan praktikum, pada pra pelatihan peserta akan diajak menjajaki kemampuan sederhana literasi digital. Selama kegiatan, peserta juga akan mendapatkan penjelasan dari narasumber. Di akhir kegiatan, akan dilakukan asesmen melalui aplikasi interaktif untuk mengetahui tingkat pemahaman masing-masing peserta.
Sesi pertama dimulai dengan obrolan ringan dan diskusi singkat bersama anak-anak untuk mencairkan suasana sebelum masuk ke pemaparan materi. Interaksi mengalir santai saat membahas kebiasaan dan durasi anak menggunakan gawai dan berselancar di internet. Akyas juga menyelipkan tips dan trik saat membahas topik terkait hoaks dan keamanan data pribadi di ranah digital.

Anak-anak madrasah ibtidaiyah di Kapanewon Ngawen, Kab. Gunungkidul DIY pun terlihat antusias dengan gaya belajar sambil diskusi bersama tentang penggunaan gawai dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana cara mengembangkan minat dengan memanfaatkan gawai yang dimiliki.
Siswa jadi mengetahui berapa lama waktu yang dihabiskan untuk bermain gawai dan belajar untuk membagi empat prioritas waktu: Belajar, Bermain, memBantu orang tua dan Beristirahat (4B).
Mereka juga diarahkan untuk memanfaatkan gawai dengan cara positif, salah satunya dengan mengunduh aplikasi atau mengunjungi situs yang mendukung hobi yang disukai dan meningkatkan skill. Seperti Duolingo (bahasa), Capcut (editing), Canva (designing), Code.org(programming), dan sebagainya.
“Saya belajar untuk mengatur waktu dengan baik, khususnya dalam menggunakan gawai. Lebih baik memanfaatkan untuk menghabiskan hal yang kita sukai dan bisa meningkatkan kemampuan seperti belajar editing di capcut dan desain di canva. Belajar untuk tidak mudah membagikan data pribadi dan melakukan pengecekan sebelum membagikan informasi,” ucap Ananda Ellena Harsnan, salah seorang peserta siswi.

Beberapa tips menjaga keamanan data pribadi yang dibagikan pada hari itu, antara lain cara membuat password yang kuat, mengaktifkan verifikasi 2 langkah di WhatsApp (WA), serta hanya menginstall aplikasi dari sumber resmi dan terpercaya. Anak-anak juga diimbau untuk menghindari input data pribadi saat terhubung ke WIFI, tidak memberikan OTP (One Time Password), dan tidak membuka tautan sembarangan apalagi yang tidak dikenal baik via WA, sms maupun aplikasi perpesanan lain. Diingatkan pula untuk menghapus dan memblokir link, pesan, serta nomor kontak yang mencurigakan.
Terkait trik melawan hoaks, siswa diajarkan untuk mendeteksi hoaks dan cara mengeceknya melalui situs https://s.id/cekhoaks. Trik lain adalah untuk selalu membaca informasi secara utuh, memastikan sumber informasi harus resmi dan terpercaya, dan berpikir kritis sebelum mengunggah atau membagikan konten.
Akyas juga meminta anak-anak untuk membaca bersama pesan penting yang harus selalu diingat, yaitu jejak digital semua aktivitas kita di dunia digital akan terekam. Meskipun telah dihapus, jejaknya masih ada sehingga perlu hati-hati supaya tidak terjerat tindak pidana bahkan masuk penjara.
Sesi anak-anak pun diakhiri dengan menonton video edukasi yang sangat mereka nikmati, lalu kuis dan challenge.
Madrasah Ibtidaiyah tentu memiliki Guru yang berperan penting pada proses belajar peserta didik. Guru harus menjadi contoh dan teladan literasi digital yang baik bagi siswa. Pada sesi kedua ada dua isu penting akan dibahas bersama para pendidik, yaitu tentang Melawan Hoaks dan Perlindungan Data Pribadi.
Peserta yang hadir tidak hanya berasal dari MIN 1 Gunungkidul, melainkan juga dari MIN 12 Gunungkidul, MI Yappi Tobong, MI YAPPI Batusari, MI YAPPI Nologaten, dan MI Muhammadiyah Kepil.

Turut hadir untuk meresmikan program ini adalah Bapak H. Abdul Su’ud, S.Ag., MSI., selaku Kabid Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Daerah Istimewa Yogyakarta dan Bapak H. Supriyanto, S.Ag., MSI., selaku Kasi Pendidikan Madrasah Kantor Kemenag Kab. Gunungkidul.
“Kami sangat mengapreasi atas kegiatan MI Geka Kapital yang secara langsung mendukung program Madrasah Digital. Harapan kami, semoga kegiatan ini dapat dilanjutkan ke madrasah-madrasah se Gunungkidul, sehingga siswa madrasah dan guru madrasah semakin cakap digital,” ucap Bapak Abdul Suud.
Para guru peserta melakukan demonstrasi bagaimana cara melawan hoaks, menjaga data pribadi, dan literasi keuangan digital menggunakan tools yang telah disediakan ICT Watch pada tautan http://s.id/jagadatapribadi dan http://s.id/keuangandigital.

Dari MI Geka Kapital #1 ini ditemukan bahwa lebih dari separuh guru belum mengaktifkan verifikasi dua langkah atau Kunci 2FA (Autentikasi 2 faktor) untuk perlindungan data pribadi. Namun, sama seperti para siswa, semua guru antusias mengikuti games Kahoot yang juga dilakukan sebagai momen evaluasi pelatihan.
Ucapan terima kasih datang dari Novia Nur Anandita, guru MI Nahdlatuth Thullaab Gedangsari, karena MI Geka Kapital #1 telah melibatkan dan mengundang sekolahnya. Menurutnya kegiatan ini sangat bermanfaat bagi MI Nahdlatuth Thullaab yang masih tergolong baru.
“Mendapatkan ilmu baru tentang bagaimana melindungi data pribadi dan tips/ langkah untuk mengaktifkan beberapa akun media sosial dengan 2FA serta ilmu tentang apa yang harus dilakukan ketika mendapati akun media sosial kita diretas … oleh oleh yang diberikan dari kegiatan (seperti s.id/cekhoaks dan s.id/jagaprivasi) akan disebarkan kepada siswa dan guru di lingkungan madrasah,” ucapnya.
Ia juga memberikan dukungannya untuk kelanjutan dari acara serupa di masa depan. “Semoga MIN 1 Gunungkidul menjadi pioneer dalam mengawal program Jogja Madrasah Digital melalui program MI Geka Kapital,” tutupnya.

Akhirnya, setiap peserta MI Geka Kapital yang telah mengikuti kegiatan ini akan mendapatkan pin/lencana cakap digital. Peserta dengan hasil asesmen terbaik di masing-masing madrasah akan terpilih sebagai “Agen Digital” yang nantinya akan menyebarkan kemampuan literasi digital kepada orang-orang di sekitarnya.
Selanjutnya setiap agen digital madrasah dapat mendokumentasikan kampanye literasi digital (dapat berupa video, foto, tulisan, puisi/ hasil karya peserta didik) melalui media sosial untuk meramaikan dan mendukung gerakan nasional literasi digital di Indonesia. (ses)