Fitri Aulia Hamid dan Aiya Lee, duet JaWAra Internet Sehat dari Maluku Utara, menggelar kegiatan edukasi literasi digital di dua sekolah dasar di Maluku Utara yang dikemas menyesuaikan dengan karakter para peserta yang merupakan generasi alpha.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam rangka edukasi literasi digital. Entah itu dalam bentuk tulisan, gambar, infografis, video, dan lainnya. Cara tersebut tentunya disesuaikan pula dengan target audiens, mereka lahir kapan? termasuk ke dalam generasi apa? Bentuk edukasi akan berbeda antara audiens yang tergolong generasi alpha, dengan generasi lainnya. Mengapa? Karena generasi alpha adalah mereka, generasi pertama yang lahir di masa dunia digital. Mereka tidaklah asing dengan perangkat maupun media digital. Berbicara segala berbau digital dengan mereka-generasi alpha, tidaklah sama saat kita berbicara dengan generasi-generasi sebelumnya.

Hal inilah yang melatarbelakangi duet JaWAra Internet Sehat asal Maluku Utara, yakni Fitri Aulia Hamid dan Aiya Lee, untuk menggelar literasi digital berbasis karakter generasi alpha. Kegiatan yang digelar di SDN 18 dan SDN 19 Kecamatan Kota Ternate Tengah, tepatnya di Kelurahan Marikurubu dan Tongole, dua kelurahan termuda di kecamatan tersebut, berlangsung meriah pada 18 Oktober 2022 lalu.
Kegiatan yang melibatkan sebanyak 104 peserta tersebut, diisi dengan pemaparan materi literasi digital oleh para JaWAra Internet Sehat Maluku Utara, yang dilanjutkan pula dengan sharing session dari para peserta. Menarik ketika mendengar mereka berbagai pengalaman akan isu-isu digital, mulai dari akun media sosial mereka yang diretas hingga bagaimana konten mukbang mie pedas bisa mempengaruhi mereka untuk melakukan hal serupa.
Ada yang bercerita pengalamannya ketika akun instagramnya diretas dan ia keheranan sendiri sebab akun tersebut tidak memiliki banyak pengikut. Ada pula, bahkan sebagian besar dari mereka yang mengakui bahwa memiliki lebih dari satu akun media sosial, dimana akun keduanya itu digunakan untuk melakukan komentar kebencian pada akun orang lain atau temannya sendiri. Sampai ada yang bercerita bagaimana mereka demikian terpengaruhnya usai menyaksikan konten mukbang menyantap mie pedas, hingga berusaha membeli, membuatnya di rumah, menyantap, hingga turut merekamnya pula.

Dunia digital memang memberikan pengaruh yang besar, pun menciptakan beragam perilaku manusia. Ketika kita bijak memanfaatkannya, maka kita tahu bagaimana memilah mana konten yang baik, mana yang buruk. Ini pula yang terjadi di lingkup para peserta yang tergolong generasi alpha tersebut. Mereka bercerita ketika guru mata pelajaran agama tidak masuk, mereka berinisiatif untuk mencari topik materi agama yang seharusnya dipelajari saat itu lewat video-video di Youtube. Mendengarnya, tentu membuat kita kagum bahwa adik-adik ini tidak lantas mengabaikan jam kosong pelajarannya dengan bermain atau melakukan hal lain. Melainkan mereka mencari alternatif sumber belajar.
Demikianlah yang namanya literasi digital, akan berbeda bentuk dan cara penyampaiannya. Bergantung kepada siapa kita akan memberikan edukasi. (and)