Retno Ayu Lestari, JaWAra Internet Sehat DKI Jakarta, berbagi keseruannya mengajak ratusan pelajar SMPN 86 Jakarta untuk tanggap isu hoaks, menentang Eksploitasi Seksual Anak (ESA), dan makin cakap digital.

Bagaimana jadinya ketika ratusan siswa usia sekolah menengah pertama berkumpul menyimak materi yang beberapa diantaranya mungkin belum tahu sama sekali? Perihal pentingnya cakap digital di era serba digital saat ini. Ketika mereka diberikan pemahaman lewat sosialisasi isu hoaks dan eksploitasi seksual anak yang terjadi di sekolah. Mereka yang mungkin awalnya belum ada bekal apa-apa, sampai kemudian menjadi pahlawan yang kelak mampu mengedukasi teman pun orang sekitarnya akan literasi digital.

Itulah yang terjadi beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada 31 Oktober 2022, bertempat di gedung serbaguna SMPN 86 Jakarta. Sosialisasi tersebut dibawakan oleh perwakilan JaWAra Internet Sehat DKI Jakarta, yakni Retno Ayu Lestari, yang bermitra dengan pengurus sekolah itu sendiri, SMPN 86 Jakarta.

Berbekal video edukasi/pembelajaran dari Siberkreasi dan ECPAT Indonesia terkait pencegahan berita hoaks, harapannya para pelajar yang menjadi peserta acara dapat lebih berhati-hati dalam menyebarkan berita atau informasi apapun yang diterimanya. Untuk diketahui, Siberkreasi merupakan Gerakan Nasional Literasi Digital yang berkolaborasi dengan berbagai institusi pemerintah maupun swasta, komunitas dan pegiat literasi digital. Sementara, ECPAT Indonesia adalah perwakilan resmi di Indonesia atas sebuah jaringan global yang bekerja untuk menentang ESA (Eksploitasi Seksual Anak). Di mana isu terkait hoaks dan eksploitasi seksual anak merupakan dua hal yang erat kaitannya.

Tercatat hadir sebanyak 310 peserta yang merupakan pelajar SMPN 86 Jakarta. Menariknya karena sepanjang acara, mereka sangat antusias mendengarkan materi demi materi yang dipaparkan oleh Kak Retno, selaku narasumber. Mata para remaja tersebut pun tak beralih dari setiap video edukasi yang ditayangkan. Bisa dikatakan ini sebuah pencapaian yang baik, membuat mereka-para remaja, tertarik pada isu-isu literasi digital begini.

Seperti yang disebutkan di awal, tentang bagaimana mereka para peserta diharapkan mewujudkan quotefrom zero to hero“, dari yang bukanlah siapa-siapa, hingga mampu bermanfaat bagi sekitarnya. Dari yang tidak tahu sama sekali akan literasi digital, hingga dapat menjadi pribadi yang cakap digital yang dapat mengedukasi orang-orang di sekelilingnya. (ah)