Mohamad Akyas, JaWAra Internet Sehat Daerah Istimewa Yogyakarta memperkenalkan papan literasi digital agar peserta didik di MIN 11 Gunungkidul memahami perilaku yang aman dan tidak aman di media digital.

Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan yang harus dibekali pada peserta didik jenjang Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah. Keterampilan ini diharapkan menjadi bekal dalam menghadapi dunia digital yang setiap hari mereka temui. Dunia digital ibarat sebuah pasar yang didalamnya terdapat berbagai macam penjual, barang dagangan serta pembeli lain. Untuk itu kecakapan literasi digital akan membentuk mereka jadi pengguna yang bijak dan tidak mudah melakukan hal negatif di internet.

Dalam rangka membekali keterampilan berpikir kritis pada peserta didik, pada tanggal 19 Oktober 2022, JaWAra Internet Sehat Daerah Istimewa Yogyakarta (MIN 1 Gunungkidul) bekerja sama dengan MIN 11 Gunungkidul menyelenggarakan kegiatan MI Geka Kapital #2 (Madrasah Ibtidaiyah Cakap Digital yang kedua).

Kegiatan yang diikuti oleh 39 siswa ini memberikan pemahaman tentang berperilaku aman dan tidak aman di dunia digital. Diskusi membahas kehidupan sehari hari dengan membedakan perilaku apa saja yang bermanfaat dan aktivitas yang dapat membahayakan diri atau orang lain.

Semua perilaku aman dan tidak aman di dunia nyata juga berlaku di dunia digital. Begitupun etika berbudaya dalam dunia maya yang sesuai dengan Pancasila seperti menghormati / menghargai pendapat orang lain, berkata baik dan sopan serta mampu membagi waktu dengan baik.

Seusai berdiskusi, siswa dipandu oleh Sry Oryza, S.Pd. guru kelas 6 MIN 11 Gunungkidul, melakukan praktik Papan Literasi Digital. Terdapat dua papan yaitu aman dan tidak aman. Siswa mengambil satu sticky notes, kemudian menentukan apakah perilaku yang tercetak disitu merupakan perilaku aman atau tidak aman. Setelah itu, siswa menempelkan pada papan literasi digital yang sesuai.

Setiap peserta yang telah mengikuti kegiatan ini mendapatkan pin/ lencana yang menandakan bahwa peserta tersebut telah cakap digital. Peserta dengan hasil asesmen terbaik di masing-masing madrasah akan terpilih sebagai “Agen Digital” yang nantinya akan menyebarkan kemampuan literasi digital kepada orang-orang di sekitarnya.

Selanjutnya setiap agen digital madrasah dapat mendokumentasikan kampanye literasi digital (dapat berupa video, foto, tulisan, puisi/ hasil karya peserta didik) melalui media sosial untuk meramaikan dan mendukung gerakan nasional literasi digital di Indonesia.

Gendis Wulandari, salah satu siswa peserta kegiatan MI Geka Kapital mengungkapkan keseruan acara yang diikuti. “Asik sekali acaranya, kami belajar tentang apa yang aman dan tidak aman untuk dilakukan di dunia digital dengan papan literasi digital. Setelah itu kami juga bermain games dengan Kahoot!” ujarnya. Rencananya, rangkaian kegiatan MI Geka Kapital akan dilanjutkan di MIN 3 dan MIN 9 Gunungkidul. (ria)